Semoga Dia Temukan Jalan Kembali

“Bukan Laki-Laki atau Perempuan, Pakai They”, itulah headline di halaman pertama Koran Jawa Pos, Kamis, 19 September 2019 yang lalu. Berada di kolom paling atas. Membawahi berita Menpora yang menjadi terduga kasus suap 26,5 M.


Apa maksud dari judul di atas? Dituliskan bahwa They bukan hanya sebagai kata ganti orang ketiga jamak yang memiliki arti “mereka”. Saat ini They juga telah masuk dalam daftar 533 kata baru kamus Merriam-Webster yang dirilis bulan ini dengan arti yang berbeda. They kini juga bisa dipakai sebagai kata ganti tunggal untuk orang yang tidak mau disebut sebagai laki-laki atau perempuan alias nonbiner. Dinyatakan bahwa They lazim digunakan sebagai kata ganti orang transgender dan penderita sindrom Klinefelter. Beberapa portal pendaftaran akun pun saat ini banyak yang memberikan opsi selain pria dan wanita pada kolom jenis kelamin. Seperti pada pendaftaran akun Facebook dan Gmail.


Merujuk pada Wikipedia, Sindrom Klinefelter bisa dikatakan sebagai kelebihan kromosom. Seperti yang kita pernah pelajari, bahwa manusia memiliki 46 kromosom. Kromosom pembentuk gender pada perempuan ialah XX dan pria memiliki kromosom XY. Nah pada penderita sindrom Klinefelter ini, seseorang memiliki 47 kromosom atau lebih. Mereka kelebihan kromosom X, yang menjadi XXY. Pada kasus yang lebih langka ada yang berkromosom XXXY bahkan XXXXY. Sindrom ini dialami oleh 1 atau 2 dari 1000 orang.

Sindrom ini pastinya dialami oleh laki-laki. Sebab kromosom pembentuknya adalah Y, yang hanya dimiliki oleh pria. Para pria bersindrom ini kelebihan hormon ekstrogen yang menyebabkan mereka memiliki ciri fisik yang menyerupai wanita seperti memiliki kelenjar payudara, tidak tumbuh kumis dan jenggot, serta alat kelaminnya kecil. Apa penyebabnya? Wallahu a’lam. Dikatakan di Wikipedia bahwa terjadi sesuatu yang tidak normal ketika pembuahan, dan sampai saat ini saya belum paham bagaimana penjelasannya. Pastinya sindrom ini tidak menular dan tidak menurun.

Sindrom ini memang bawaan dari lahir dan kita tidak bisa mencegahnya. Bisa jadi sindrom inilah yang memicu seorang pria menjadi transgender dan berperilaku homo. Seperti pengakuan dari penyanyi I’m Not The Only One, Sam Smith. Dia mengatakan di instagramnya bahwa lebih suka dipanggil dengan “They”. Diakuinya sejak kecil memiliki ciri perempuan. Pada usia 12 tahun pernah operasi pengangkatan kelenjar payudara dan secara terang-terangan menunjukan kehidupannya sebagai homoseksual.

Eitss, sebelum kamu berpikir alasan di atas bisa menjadi pembenaran perilaku penyimpang LGBT dan ikut menyuarakan hak-hak mereka, coba kita pikirkan lebih dalam dahulu. Pernah dengar, lihat atau baca berita tentang Isa gadis Jombang yang berubah menjadi laki-laki tulen? Ya, Isa Binti Rohmah terlahir sebagai perempuan dengan alat kelamin perempuan. Namun pada usia 2 tahun tumbuh alat kelamin pria di organ kewanitaannya. Menginjak remaja dia pun memiliki jakun. Isa kemudian melakukan operasi untuk menghilangkan organ wanitanya. Saya rasa itu patut dilakukan, untuk menghilangkan ambiguitas gendernya. Secara fisik dia tumbuh menjadi laki-laki. Jadi demi mendapatkan kepastian hukum atas status jenis kelamin pastinya operasi tersebut patut dilakukan. Namun bagaimana dengan para nonbiner yang mengganti alat kelamin mereka? Meskipun penderita sindrom Klinefelter atau para transgender memiliki kecenderungan seperti perempuan, namun mereka tetaplah laki-laki. Karena secara jelas mereka memiliki alat kelamin pria. Tidak ganda. Para transgender dengan jelas merubah ciptaan, bukan menyempurnakan (seperti kasus Isa).

Merubah ciptaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita-wanita yang membuat tato, meminta ditato, mencabuti alis dan memperbaiki susunan giginya untuk mempercantik diri, yang telah merubah ciptaan Allah [HR. al Bukhari dan Muslim dan lainnya]. Saya lega di Indonesia masih menonlegalkan interseks ini. Meski saat ini sedang ramai dibicarakan tentang RUU P-KS dimana pada pasal 1 ayat 1 menyatakan salah satu bentuk kekerasan seksual adalah pembatasan terhadap hasrat seksual. Tidak ada penjelasan apapun terkait hasrat seksual yang dimaksud. Kalimat ini mengindikasikan bisa saja LGBT dilegalkan. Jika kita menentang hasrat seksual kaum ini, bisa jadi kita menjadi tersangka kekerasan seksual. Hah? Yang benar saja. Bukankah pedoman berbangsa kita yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa?! Artinya kita makhluk yang bertuhan. Agama adalah yang utama. Agama Islam dengan jelas menyatakan bahwa perbuatan LGBT adalah menyimpang. Dari sini saya malah menafsirkan bahwa kaum inilah yang sebenarnya tidak nasionalis. Anti Pancasila. Mereka jelas melanggar dan mengabaikan sila pertama. Bukan berarti melanggar karena mereka tidak bertuhan, melainkan mengingkari nilai-nilai, kaidah yang terkandung dalam sila Ketuhanan. Sebagai penganut muslim terbesar tentu kita tidak ingin dilaknat Allah SWT seperti yang telah terjadi pada kaum Sodom, kaumnya Nabi Luth, yang banyak melakukan hubungan sesama jenis. Saya rasa pelajaran dari kaum Sodom ini sudah cukup jelas bahwasanya LGBT adalah perbuatan yang dilaknat Allah SWT.

Isu LGBT semakin meluas ketika negeri luar banyak yang mulai melegalkan hubungan sesama jenis ini. Di Indonesia kaum mereka juga semakin PeDe untuk menampakkan diri. Lalu kenapa saya tertarik dengan isu ini? Karena saya memiliki seorang teman yang terindikasi homoseksual. Perasaan saya ketika mengetahui hal tersebut adalah sedih. Saya sangat sedih dan tidak terima. Saya bertanya-tanya, mengapa, bagaimana bisa?! Walaupun memang terkadang dia memperlihatkan perilaku seperti perempuan namun saya tidak pernah menyangka, tidak pernah membayangkan jika dia akan berperilaku menyimpang.

Itulah mengapa saya semakin intens mencari tahu tentang LGBT ini. Apa penyebabnya, bagaimana cara mengembalikannya. Saya prihatin pada teman saya. Apakah dia bahagia atau menderita dengan kondisinya. Saya khawatir. Bagaimana jika dia terkena penyakit yang sering dialami oleh para LGBT itu. Saya semakin sedih ketika tidak bisa melakukan apa-apa untuknya. Sudah beberapa bulan saya mengetahui fakta ini. Sampai saat ini saya belum menemukan cara untuk membantunya. Membantunya menemukan jalan kembali. Satu hal yang saya komitmenkan pada diri adalah tidak akan mengucilkannya, tidak akan merendahkannya, apapun yang akan terjadi pada dirinya. Saya membenci perilakunya, perbuatannya, namun tidak orangnya. Namun saya tidak ingin membelanya. Jikapun di Indonesia diperlakukan hukuman rajam mungkin saya tetap akan terima. Tapi dia tetaplah teman saya. Harapan saya adalah semoga dia bisa kembali. Semoga ada jalan untuknya kembali. Menemukan jati diri yang sebenarnya. Sampai titik ini saya mencoba untuk tetap berkeyakinan bahwa ini adalah penyakit sosial, perilaku menyimpang, yang bisa disembuhkan. Semoga….. 

Komentar

  1. Menarik sekali, perlu diadakan kajian untuk kasus ini, lanjutkan

    BalasHapus
  2. Menarik sekali, perlu diadakan kajian untuk kasus ini, lanjutkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Anak Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)

Naskah Teater ''Asal Mula Kalangbret"

Parenting “Ketika Anakku Lelah” oleh Bunda Yirawati Sumedi, S.Psi (Tips Menjadi Orangtua Milenial)