Naskah Teater ''Asal Mula Kalangbret"
Assalamua'alaikum :)
Sekarang saya akan memposting naskah teater yang menjadi tugas saya semester empat kemarin. Ceritanya Mr. Anang guru seni budaya saya memberi tugas untuk setiap anak membuat naskah teater dengan tema kolosal. Dan saya memilih cerita asal mula sebuah desa di kota saya, yaitu Kalangbret. Kalangbret berasal dari kata "Kalang" yaitu Adipati Kalang yang memimpin suatu wilayah yang bernama Betak (sebelum terbentuk nama Tulungagung-kota saya-) dan "sembret" yang artinya disembrett-sembret atau dicabik-cabik. Yup, daerah Kalangbret itu merupakan tempat disembret-sembretnya Adipati Kalang oleh Gajah Mada karena telah membunuh Lembu Peteng yang merupakan pangeran Majapahit.
Oke, here it is!
Sekarang saya akan memposting naskah teater yang menjadi tugas saya semester empat kemarin. Ceritanya Mr. Anang guru seni budaya saya memberi tugas untuk setiap anak membuat naskah teater dengan tema kolosal. Dan saya memilih cerita asal mula sebuah desa di kota saya, yaitu Kalangbret. Kalangbret berasal dari kata "Kalang" yaitu Adipati Kalang yang memimpin suatu wilayah yang bernama Betak (sebelum terbentuk nama Tulungagung-kota saya-) dan "sembret" yang artinya disembrett-sembret atau dicabik-cabik. Yup, daerah Kalangbret itu merupakan tempat disembret-sembretnya Adipati Kalang oleh Gajah Mada karena telah membunuh Lembu Peteng yang merupakan pangeran Majapahit.
Oke, here it is!
Asal-Mula Kalangbret
Pemain
: Rara Kembang Sore / Resi Winadi
Sarwa
Sarwana
Sarwani
Seruni
Pangeran Kalang
Patih Gajah Mada
Rara Mursada (Ibu Rara
Kembang Sore)
Rara Kembang Sore adalah putri Pangeran adipati di Betak. Ia merasakan
kepedihan yang luar biasa sebab kehilangan pemuda yang dicintainya yaitu Lembu
Peteng. Adipati Betak yang tidak menyetujui hubungan Kembang Sore dan Lembu
Peteng membunuh Lembu Peteng
setelah mendapat laporan tentang kdekatan mereka dari Pangeran Kalang yang merupakan paman Kembang
Sore. Pada
akhirnya Rara Kembang
Sore melarikan diri ke Gunung Cilik. Ia
bersemedi dan menjadi resi yang
bernama Resi Winadi Rara Kembang Sore. Resi Winadi ingin membalas dendam kepada Pangeran
Kalang dengan mengadu kesaktian pusaka.
Setting I
Adegan : Resi Winadi menbicarakan tentang
rencana pembalasan dendam kepada Pangeran Kalang bersama dua cantriknya di
tempat persemediannya di Gunung Cilik.
Resi
Winadi :
“Cantrik-cantrikku. Kemarilah.”
Sarwa
& Sarwani : “Sendika dawuh, Resi.” (Datang kehadapan Resi Winadi)
Resi
Winadi : “Dimana
Sarwana dan Seruni ?”
Sarwani
: “Mungkin mereka berada di depan Resi.”
Resi
Winadi : “Panggil
mereka !”
Sarwani
: “Sendika, Resi. (menuju kedepan memanggil Sarwana dan Seruni)
Sarwana, Seruni kemarilah. Resi memanggil kita.”
Sarwana
& Seruni : “Iya, Sarwana.(menuju tempat Resi Winadi)
Sendika dawuh Resi,”
Resi Winadi
: “Cantrik-cantrikku, aku ingin membalas dendam kepada pangeran Kalang yang
telah menghancurkan cintaku dan membuat kakanda Pangeran Lembu Peteng
terbunuh.”
Seruni
: “Punten Resi. Apa rencana yang akan Resi lakukan?”
Resi Winadi
: “Aku akan mengadu pusaka yang kumiliki dengan pusaka Pangeran Kalang.”
Sarwani
: “Apakah Resi sendiri yang akan bertanding?”
Resi
Winadi : “Tentu
saja tidak. Aku akan
meminta Sarwa untuk bertanding.”
Sarwana
: “Tetapi bagaimana Resi akan balas dendam kepadanya ?”
Resi Winadi
: “Jika pusakaku kalah aku akan tunduk dan mematuhi segala yang dikehendakinya.
Jika pusakaku menang ia
boleh memiliki pusakaku asal dia datang sendiri ke gunung ini. Dengan begitu
aku akan berhadapan dengannya.”
Sarwa
: “Apakah saya harus melakukannya sekarang ?”
Resi Winadi
: “Tentu saja. Datanglah ke Kadipaten Betak bersama Sarwani dan ajak Pangeran
Kalang bertanding. Ini, bawalah
pusakaku (menyerahkan pusaka) aku
yakin pusaka ini akan membawa Pangeran Kalang kesini.
Sarwa
& Sarwani : “Sendika Resi.” (menerima pusaka)
Resi Winadi
: “Sarwana, Seruni awasi pertandingan mereka. Jika telah usai, Sarwa dan
Sarwani serta Pangeran Kalang menuju kesini, buka tutup air dibawah Watu Gilang
di Tamansari.
Sarwana
: “Sendika Resi.”
Seruni
: “Kami akan melakukannya dengan baik.” (meninggalkan Gunung Cilik bersama
ketiga cantrik)
Setting 2
Adegan : Sarwa dan Sarwani menemui Pangeran
Kalang dikediamannya diKadipaten Betak untuk mengajak adu pusaka.
Sarwani : “Punten Pangeran. Saya Sarwani dan ini Sarwa utusan
Resi Winadi dari Gunung Cilik. Kami kesini atas titah Resi Winadi untuk mengadu
pusakanya dengan pusaka Pangeran.”
Kalang
: (curiga) “Untuk apa adu pusaka
tersebut ?”
Sarwa
:”Resi Winadi hanya ingin tahu seberapa besar kesaktian pusakanya.:
Kalang
: (tertarik) “Lalu apa yang akan aku dapatkan jika memenangi adu tersebut ?”
Sarwani : “Jika pusaka Resi Winadi kalah, beliau bersedia
tunduk dan mematuhi
segala keinginan Pangeran.
Jika pusaka Resi menang, Pangeran
boleh memilikinya asal harus datang sendiri menemui Resi Winadi.”
Kalang
: “Kenapa ia tidak datang sendiri kesini untuk bertanding ?”
Sarwa
: “Karena beliau ingin menunggu Pangeran di Gunung Cilik.”
Kalang
: “Kalau begitu mari segera
kita laksanakan pertandingan itu.”
Sarwa
& Sarwani : “Sendika Pangeran.”
(Sarwa dan Pangeran Kalang menuju alun-alun
tempat untuk arena pertandingan)
Setting 3
Adegan : Sarwa dan Pangeran Kalang
melaksanakan pertandingan adu pusaka di alun-alun
Kadipaten Betak.
Sarwani
: “Apakah Pangeran sudah siap?”
Kalang
: “Tentu.”
Sarwa : “Silahkan Pangeran memulai
terlebih dahulu. Tancapkan
pusaka Pangeran ke pohon beringin
itu (menunjuk sebuah pohon). Jika daunnya berguguran dan pohonnya
tumbang,pusaka Pangeran
menang. Jika tidak maka pusaka Pangeran kalah.”
Kalang
:”Baiklah. Akan kutunjukkan kesaktian pusakaku.” (tersenyum congkak)
(Pangeran Kalang menancapkan pusakanya ke
pohon beringin namun jangankan pohonnya tumbang, daunya saja satu pun tidak ada
yang gugur)
Kalang : (kaget) “Apa ?! pasti terjadi kesalahan.“
(memungut pusakanya lalu membolak-balikkannya dengan wajah pias)
Sarwa :
“Sudahlah Pangeran. Pusaka Pangeran memang tidak memliki kesaktian apa-apa.”
(tersenyum menghina)
kalang
: (malu dan marah) “Ah… cepatlah! sekarang giliranmu.”
Sarwa
: “Baiklah.”
(Sarwa menancapkan pusaka Resi Winadi ke pohon beringin.
Seketika itu juga daun-daunya berguguran dan pohonnya tumbang)
Sarwa :”Haha… ternyata pusaka ini memiliki kesaktian yang luar biasa.” (memungut
pusakanya)
Kalang : “Baiklah aku mengakui kekalahanku.
Sekarang, sesuai perjanjian kita aku ingin memiliki pusaka itu.”
Sarwani : “Tentu saja Pangeran boleh memilikinya. Tetapi sesuai perjanjian Pangeran harus datang sendiri ke Gunung Cilik serta sesudah sampai harus berjalan jongkok dan tidak
boleh melihat ke atas sebelum diberi ijin.”
Kalang
: “Mengapa aku harus melakukan hal tersebut ?”
Sarwani
: “Itu adalah syarat yang diberikan Resi Winadi.”
Kalang : “Baiklah aku kan memenuhi syarat itu
asalkan aku bisa
mendapatkan pusaka itu.”
Sarwa
: “Baguslah. Mari kita segera pergi ke Gunung Cilik.”
(Sarwa, Sarwani dan Pangeran Kalang
meninggalkan arena pertandingan untuk menuju ke Gunung Cilik)
Tidak jauh dari tempat adu pusaka, Sarwana dan Seruni mengamati keadaan sampai
kepergian Sarwa, Sarwani dan Pangeran Kalang. Setelah beberapa lama kemudian
Sarwana segera melakukan tugasnya.
Sarwana
: “Akhirnya, Pangeran Kalang berhasil dibawa kepada Resi Winadi.”
Seruni
: “Baguslah. Aku sudah menyiapkan rakit. Dan kini waktuku melakukan tugas dari
Resi Winadi. Membuka sumber air agar kota ini banjir dipenuhi oleh genangan
air. Hahaha…”
Sarwana
: “Iya, ayo segera kita lakukan.”
Sarwanapun membuka tutup air yang ada dibawah Watu Gilang di Tamansari,
seketika itu air meluap yang menjadi banjir besar. Sarwanapun selamat dengan
menumpangi rakit yang telah disiapkannya.
Saruni
: “Tugas telah kita tunaikan dengan baik.”
Sarwana
: “Ayo kita segera kembali ke Gunung Cilik. Pembalasan dendam ini akan segera
berakhir.”
Kota Betak jadi hiruk pikuk, banyak orang yang lari menyelamatkan diri.
Setting 4
Adegan : Pangeran Kalang
bertemu dengan Resi Winadi di Gunung Cilik.
Dengan berjalan jongkok dan menunduk Pangeran Kalang diarahkan oleh Sarwa
menuju tempat duduk Resi Winadi di sebuah bukit.
Sarwa
: “Tetaplah berjalan seperti itu Pangeran, aku akan mengarahkanmu. Jalanlah
terus. (menggiring Pangeran Kalang yang berjalan jongkok di depannya)
Berhenti!”
Resi
Winadi : “Pangeran Kalang, berdiri dan menengadahlah.”
Kalang :
(berdiri menengadah lalu sangat terkejut) “Aappa ?! Bukankah kau Rara Kembang Sore ?”
Resi Winadi : “Benar sekali Paman, aku adalah kemenakanmu, Rara Kembang
Sore yang telah kau hancurkan cinta serta pemuda yang dicintainya.”
Kalang :
(menjauh dari Resi Winadi) “Tidak! Lembu Peteng adalah musuh, ia pengkhianat!”
Resi Winadi : (marah dan bangkit dari duduknya) “Kaulah
yang pengkhianat Pangeran Kalang. Kau telah menghasut Kyai Kasan
Besari dan ayahanda Adipati Bedalem untuk mengkhianati gurunya sendiri
dan juga membunuh kakanda Lembu Peteng.”
(Tiba-tiba ibu Resi Winadi yaitu Rara Mursada datang)
Rasa mursada : “Kau juga yang telah
mengejar-ngejar Rara Inggit
adikku sampai ia tewas!”
Resi
Winadi : (terkejut) “Benarkah itu ibunda ?”
(menangis)
Rara Mursada : (mendekat kepada Resi Winadi)
“Aku begitu terpukul atas peristiwa itu sehingga aku datang kesini untuk mencarimu.” (dengan nada
sedih)
(Resi Winadi dan Rara Mursada saling
berpelukan dan bertangisan)
Resi Winadi : “Kau sungguh orang
jahat Kalang. Aku bersyukur
dapat mengalahkanmu dalam adu pusaka itu dan kau datang kesini. Pasukan Majapahit sedang menuju kesini. Mereka akan menghabisimu dan akan
terbalaskan dendamku.”
Rara Mursada : “Kau tidak akan bisa lari Kalang. Kemanapun kau pergi mereka akan
menemukan dan membantaimu.”
Kalang
: (panik dan bersiap untuk lari)
“Tidak akan!”
Patih Gajah Mada
beserta pasukannya dari Majapahit datang bersamaan dengan Sarwana yang kembali dari Betak. Pangeran Kalang lari dan dikejar oleh
Patih Gajah Mada beserta pasukannya.
Gajah Mada : “Kalang, aku akan mengejarmu kemanapun kau
berlari!” (mengejar
Pangeran Kalang)
Setting 5
Adegan
: Pertempuran antara kubu Pangeran Kalang
dengan kubu Patih Gajah Mada di medan pertempuran.
Terjadi perang antara
pasukan Pangeran Kalang dengan pasukan Majapahit. Pasukan Pangeran Kalang hampir semuanya tewas.
Gajah Mada : “Menyerahlah Kalang! Aku tidak akan mengampunimu. Kau
telah membunuh Lembu Peteng yang merupakan Pangeran Majapahit.”
Kalang :
“Bukan aku yang membunuhnya. Adipati Badalem
lah yang membunuhnya!”
Gajah Mada : “Tapi kaulah dalang penyebab tewasnya Lembu Peteng.
Rasakan kemurkaanku sekarang.” (marah, mengangkat pedangnya kemudian
mencabik-cabikannya kepada Pangeran Kalang)
Kalang
: “Arrgghhhhttt!” (berlari
dengan terseok-seok menahan sakit)
Gajah Mada : “Kemanapun kau lari ku tidak akan bisa
bertahan hidup dengan badan seperti itu Kalang.”
Gajah Mada : “Ini adalah tempat Pangeran Kalang telah
kucabik-cabik atau kusembret-sembret tubuhnya. Untuk mengingatnya kelak tempat
ini disebut dengan Kalangbret.”
Setting 6
Adegan
: Patih Gajah Mada, Rara Kembang Sore, Rara Mursada, Sarwa serta Sarwana
berbincang mengenai peperangan yang baru saja usai.
Gajah Mada : “Resi Winadi, sekarang dendammu serta
dendamku telah terbalaskan. Aku telah mencabik-cabik tubuh Kalang dan aku yakin ia telah mati.”
Resi Winadi
: “Terima kasih Patih Gajah
Mada. Dengan begitu aku akan hidup dengan tenang dan akan kembali bertapa
sampai akhir hayatku.”
Rara
Mursada : “Begitulah manusia. Penghasutan
dan pengkhianatan dapat menimbulkan peperangan tumpah darah. Sarwa, Sarwana,
kalian sebagai generasi muda janganlah saling menghasut dan mengkhianati
teman.”
Keempat Cantrik : “Sendika Kanjeng.”
(menelungkupkan tangan didepan wajah sambil sedikit membungkuk)
~TAMAT~
matamukui
BalasHapusMatamu wi
BalasHapus