Postingan

Determinasi Diri: Sebuah Upaya Sehat Psikologis di Tengah Pengerjaan Tesis

  Tesis is the elegant sacrifice . Sore ini (21/02/22) saya ikut menyimak webinar yang diadakan oleh Departemen Psikologi Pendidikan UPI dengan topik bahasan determinasi diri sebagai upaya sehat psikologis di tengah pengerjaan tesis. Relate sekali dengan kondisi saya saat ini sebagai mahasiswa akhir jenjang magister. Pembicara webinar ini adalah Kang Alwin Muhammad Reza M.Psi seorang praktisi psikologi klinis dan founder @maknawellness. Pembahasan dimulai dari pemahaman terhadap kesehatan mental. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat merupakan kondisi yang seimbang (equilibrium state) , tidak berlebih dan tidak minimal. Adapun mental adalah seluruh struktur dan fungsi psikologis yang meregulasi aspek perilaku seorang individu. Sehat mental artinya adalah mengetahui apa yang menjadi kemampuan, mengenal diri sendiri (memahami kelebihan dan kekurangan), mampu menyelesaikan berbagai kondisi stres s

"Peran Ilmu Pendidikan dalam Era Disruptif" oleh Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd (MOKAKU FIP UPI)

Tahun ini saya terdaftar sebagai mahasiswa baru angkatan corona, Alhamdulillah. Seperti halnya yang dialami oleh para maba angkatan corona di Indonesia maupun mungkin di dunia, saya juga memulai pra perkuliahan secara daring. Rangkaian pra perkuliahan untuk mahasiswa pascasarjana UPI dilaksanakan selama 4 hari. Secara umum kegiatan kami adalah perkenalan kampus dan kuliah umum. Inilah bedanya masa orientasi mahasiswa sarjana dan pascasarjana. Kegiatan maba pasca lebih kepada kegiatan akademis. Saya jadi penasaran bagaimana bentuk kegiatan maba sarjana angkatan corona ini. Saya yakin tidak se-“seru” masa orientasi jaman saya. Haha.. Nah kali ini saya akan membuat sedikit rangkuman kuliah umum pada Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKAKU) FIP UPI yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd dengan judul “Peran Ilmu Pendidikan dalam Era Disruptif” pada tanggal 2 September 2020 di ruang aplikasi Zoom Meeting.   Dimulai dari kerangka berpikir filosofis-keilmu

Parenting “Ketika Anakku Lelah” oleh Bunda Yirawati Sumedi, S.Psi (Tips Menjadi Orangtua Milenial)

Gambar
“Bunda, tadi kesini sudah cium anak belum? Atau tadi malah ngomel-ngomel sama anak?” itulah kalimat pembuka dari Bunda Yira saat memulai parenting kala itu. Kali ini yayasan tempat saya bekerja berkesempatan mengundang Bunda Yira untuk mengisi parenting kepada para donator yayasan kami. Tema parenting ini adalah “Ketika Anakku Lelah”. Membahas problematika anak saat ini dan bagaimana cara orangtua menyikapinya. Berikut saya akan menuliskan materi yang disampaikan oleh Bunda Yira. Tahun 2030-2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana 70% penduduknya akan berada pada usia produktif. Bonus demografi ini bisa menjadi seperti 2 sisi mata pisau. Akankah bonus demografi ini akan mencapai puncak generai emas? Atau malah akan menumbuhkan generasi yang tidak jadi apa-apa? Saat ini kasus, permasalahan dan kondisi anak sangat kompleks. Diantaranya tercatat 21 dari 100 remaja telah melakukan aborsi, 135 anak mengalami kekerasan setiap bulannya, dan lain sebagainya.

Semoga Dia Temukan Jalan Kembali

Gambar
“Bukan Laki-Laki atau Perempuan, Pakai They ”, itulah headline di halaman pertama Koran Jawa Pos, Kamis, 19 September 2019 yang lalu. Berada di kolom paling atas. Membawahi berita Menpora yang menjadi terduga kasus suap 26,5 M. Apa maksud dari judul di atas? Dituliskan bahwa They bukan hanya sebagai kata ganti orang ketiga jamak yang memiliki arti “mereka”. Saat ini They juga telah masuk dalam daftar 533 kata baru kamus Merriam-Webster yang dirilis bulan ini dengan arti yang berbeda. They kini juga bisa dipakai sebagai kata ganti tunggal untuk orang yang tidak mau disebut sebagai laki-laki atau perempuan alias nonbiner. Dinyatakan bahwa They lazim digunakan sebagai kata ganti orang transgender dan penderita sindrom Klinefelter. Beberapa portal pendaftaran akun pun saat ini banyak yang memberikan opsi selain pria dan wanita pada kolom jenis kelamin. Seperti pada pendaftaran akun Facebook dan Gmail. Merujuk pada Wikipedia, Sindrom Klinefelter bisa dikatakan sebagai keleb

Hello Long Time No See, I’m Chubby Now

I’m not fat. Hanya sedikit lebih berisi dan chubby. It’s been a long time, until I got this BB. Berat 55 dengan tinggi 156 bagi saya terasa masih ideal. Saya tidak terlalu yakin kapan terakhir berbobot 45 kg dan memohon, berdoa kepada Allah SWT ingin memiliki berat badan yang lebih dari 50 kg. And I’ve done. Tidak terasa, bimsalabim, bagaimana saya bisa menaikkan BB 10kg dalam waktu mungkin 1 tahun (terhitung sejak lulus kuliah). Dulu susah sekali rasanya menaikkan berat badan. Saya rasa faktor utamanya adalah pola makan dan pikiran. Makan seadanya, kurang sayur, kurang buah, begadang, memikirkan teori-teori, saya rasa itu semua yang membuat “kècèng” ketika masa kuliah. Now, I’m bigger than before. Hohohoo. And people ask, how can? Banyak teman-teman yang mengatakan sudah banyak makan tetapi tidak gendut-gendut juga. That was me. Dulu saya juga begitu. Tapi coba diingat kembali, kapan ketika kamu mulai banyak makan? Apakah setiap hari? Atau saat-saat tertentu? Misal ketika PMS